"Layla.. Layla.. Layla...

It's about having my mind busy with you
and no one else..."

Al-Hallaj

Husain bin Manshur al-Hallaj adalah martir Sufi yang Agung. Seperti kebanyakan Orang Bijak, ia menggunakan sebuah istilah keahlian sebagai nama keluarganya -- Hallaj, pemintal wool atau pemakai bahan kapas-- sehingga banyak pengulas berasumsi bahwa hal ini menunjukkan bahwa ia pedagang atau sebagai nama keluarga. Jubah kelompok Sufi dan majelis mereka dengan tabir organisasi serikat adalah salah satu alasan pilihan nama itu. Al-Ghazali, sang Pemintal dan Aththar, sang Kimiawan adalah contoh lain. Namun para Sufi selalu memilih nama-nama keahlian yang (melalui makna gandanya) bisa diasosiasikan dengan komitmen mereka. Nama Hallaj dipilih karena hubungan wool (shuf) dengan keahlian itu, dan karena sebuah makna alternatif untuk akar kata HLJ dalam bahasa Arab adalah "berjalan perlahan" atau "membiarkan penerangan keempat".

Meskipun ia populer dengan nama Manshur, sebenarnya ini adalah nama ayahnya, seorang Majusi kuno. Ia dihukum mati pada tahun 922 atas pernyataannya, "Akulah Kebenaran" (Ana al-Haqq), dan penolakan untuk mengakui kesalahannya, menjadi ungkapan hujjahnya yang terakhir. Ia dinyatakan sebagai ahli alkimia seperti kebanyakan Sufi dan permusuhan kesusastraan yang luas menuduhnya sebagai sosok munafik yang licik. Bagi para Sufi, diantara beberapa sosok terbesar dari sahabat dan orang sezamannya, ia adalah salah seorang guru terbesar mereka.

Ia melaksanakan berbagai pertemuan rahasia di rumahnya dan menjadi sangat kuat karena ajarannya serta mempunyai berbagai mukjizat. Pendek kata ia adalah ancaman politik. Ia mengajarkan bahwa Sufisme adalah kebenaran internal dari semua agama sejati dan karena ia menekankan arti penting Yesus sebagai seorang Guru Sufi, ia dituduh sebagai penganut fanatik ajaran rahasia Kristen. Salah satu tuduhan terhadapnya adalah bahwa dirinya mempunyai sejumlah buku yang secara menakjubkan diberi lambang dan dihiasi. Pernyataannya bahwa Haji bisa dilaksanakan di mana pun dengan berbagai pengabdian dan persiapan yang sesuai, dianggap sebagai bid'ah yang mustahil. Al-Hujwiri (Kasyful Mahjub) secara otoritatif membela al-Hallaj dengan dasar-dasar bahwa semua hal yang dilakukan atau dinyatakan para Sufi tidak bisa ditafsirkan dengan kriteria yang lebih rendah. Menurutnya, upaya mengungkap Realitas dengan istilah-istilah biasa adalah suatu kemustahilan. Demikian pula, upaya itu tidak akan menghasilkan makna.

Pada hari Selasa, 26 Maret 922 M, al-Hallaj berjalan ke tempat eksekusi karena menerima hukuman mati dari Khalifah al-Muqtadir. Ia disiksa dan dianiaya, namun tidak menunjukkan rasa takut sama sekali. Berikut ini doa terakhirnya ketika ia masih bisa berbicara:

"Ya Allah, aku bersyukur atas barakah yang Engkau anugerahkan, sehingga aku mengetahui apa yang tidak diketahui orang lain. Misteri-misteri ketuhanan yang haram bagi orang lain adalah halal bagiku. Ampunilah dan berilah kasih saying atas hamba-hambaMu yang bermaksud membunuhku ini. Apabila Engkau mengungkapkan kepada mereka apa yang Engkau ungkapkan kepadaku, mereka tidak akan melakukan hal ini."