"Layla.. Layla.. Layla...

It's about having my mind busy with you
and no one else..."

Cairo, 1 Januari 2011 M

Malam ini aku merasakan udara yang sangat dingin di langit Cairo, dipenghujung tahun 2009 atau tepatnya di malam tahun baru Masehi 2010, ketika itu aku baru saja pulang kuliah dan sengaja aku mampir ke rumahnya kakak kelas aku yaitu Mas Rajif, karena biasa mampir ke rumah beliau jadi ya gak enak saja kalau gak mampir, apalagi ini di penghujung tahun 2009 dan malam tahun baru 2010, jadi mungkin saja ada sedikit “halawah” (semacam manisan), akhirnya aku naiki satu demi satu tangga yang menghubungkan flatnya mas Rajif dan akhirnya aku tekan bel di luar pintu dan Alhamdulillah ada yang membukakan pintu, senang sekali rasanya mampir ke flat ini. 

Tidak lama kemudian kami ngobrol santai dengan seisi penghuni rumah  dan aku bertanya “mas, kok sepi…??? Padahalkan ini malam tahun baru Masehi mas…???” aku bertanya kepada mas Rajif, “ya beginilah malam tahun baru gak ada makananan, dah seminggu tukang gas gak datang-datang, kantong udah kering, huft…”, beliau menjawab. Kemudian aku langsung berfikir “ternyata tidak semua orang ya bisa merasakan indahnya malam tahun baru Masehi ini, termasuk aku..” 

Tidak lama kemudian aku dengan mas rajif turun dari flat, ya karena flat yang beliau tinggali itu berada di lantai 5 dan sekaligus menjadi lantai terakhir. Jadi resikonya ya itu harus memanjat puluhan anak tangga untuk bisa menaikinya dan menuruni anak tangga untuk bisa turun. 

Akhirnya kami pun keluar flat dan pergi menuju tempat dimana tabung gas di jual, ya sekalian jalan-jalan lah dari pada di rumah dan pergi ke kampus terus, sesampaninya kami disana akhirnya kami pun mengetahui hasilnya dan Alhamdulillah tempat penjualan tabung gas itu tutup dab biasanya tempat tersebut hanya buka pada hari Jum’at setelah sholat jum’at lah, dengan tangan kosong akhirnya kami kembali lagi ke flat, sesampainya kami di flat kemudian ada yang bertanya “buka enggak tempatnya..??”, aku jawab “tutup..”.  Hmmm…. Bukan hasil yang buruk, kemudian akupun menelpon orang yang biasa menjual tabung gas tersebut:  

“Hallo Assalamu’alikum…”, aku memulai. 

“Aaikum salam…”, dia menjawab. 

“Ya basya, il Ambuba bita’il gas gay imta…???”, aku mulai bertanya

“Insya Allah keman sa’ah..”, ia menjawab denga penuh kepastian. 

Owh.. Hatigi ‘andina hina fil hadonah wala la..??”, aku bertaya denga penuh kecemasan. 

“Insya Allah ihna hanigi hinak…”, dia pun menjawab dengan mantap. 

“Thoyib, ihna bastanniyak masyi…”, akupun menpercayainya

"Masyi…” 

“Thab yallah ma’assalamah….” 

“Ma’assalamah…” 

Detik demi detik, menit demi menit sudah satu jam lebih rasanya aku menunggu kedatangannya, tapi sejauh ini aku tidak mendengarkan suara tabung gas yang di pukuli dengan kunci ‘L’ agar bisa berbunyi “teng..teng..teng…” tapi suara itu tak ujar aku dengar. Aku pun bersabar untuk menunggunya lagi, sudah dua jam rasanya aku tunggu tapi tk kunjung dating juga. Hmmmm… akhirnya aku langsung berfikir “ternyata orang mesir mudah sekali menggerakan lidahnya untuk mengucapkan Insya Allah, akan tetapi kenyataannya,,, Huft….”, itu lah orang Mesir, tapi tidak semua orang Mesir seperti itu, dan hampir semua yang aku temui seperti itu, sudahlah lupakan saja karena sifat dan tabiat mereka dengan orang Indonesia itu berbeda dan perbedaan itu adalah sebuah berkah dan rahmat dari Allah SWT. 

Alhamdulillah akhirnya kami bisa merasakan malam tahun baru masehi itu dengan kesepian yang di ridhoi Allah SWT, sekalipun kami harus bisa menahan lapar dan hanya ada 2 bungkus Indomie yang tersisa, kami sangat bersyukur sekali, ya maklum saja lah karena kami sekarang ini hidup sebagai perantau. 

Itu semua adalah penggalan kisah aku dengan teman-temanku di penghujung tahun 2009 dan dim lam tahun baru 2010 Masehi. 

Ketika itu aku hampir merenung sebentar dan ada sedikit beberapa yang mengganjal  di dalam kepalaku, dan aku sempat bertanya-tanya kepda diriku sendiri “Iya ya, kenapa banyak sekali orang yang merayakan tahun baru Masehi ini sampai-sampai orang Muslim pun merayakannya, padahal itu bukan malam Tahun baru mereka..??,  dan kenapa ada sebagian umat Muslim yang tidak suka kepada Muslim yang ikut merayakan, seakan-akan mereka merasa benar sendiri atas apa yang mereka katakana..??” 

Mungkin jawaban yang tepat untuk pertanyaan di atas adalah seperti ini: Ya mungkin saja mereka terbiasa merayakan malam tahun baru Masehi ketimbang tahun baru Hijriah, ya jangan salahkan mereka lah yang merayakan malam tahun baru Masehi, tapi salahkan lah orang tua mereka atau kakek dan nenek mereka, karena mungkin orang tua mereka lah penyebannya begitu juga kakek dan neneknya yang tidak mengajarkan kepda anaknya atau tidak member tahu kepada anaknya tentang perayaan malam tahun baru Hijriah, dan mungkin saja orang tua atau kakek dan nenek merekalah yang lebih terbiasa merayakan malam tahun baru Masehi ini, jadi jangan salahkan anak-anak mereka, karena anak-anak hanya melihat dan belajar dari lingkungan yang terdekatnya, yaitu kedua orang tua dan kakek-neneknya mereka.  Dan aku sendiri juga dari kecil tahunya cuma perayaan malam tahun baru Masehi  saja, karena orang tua ku tidak pernah mengajarkan ku atau member tahu kepada ku tentang perayaan malam tahun baru Hijriah. Dan Alhamdulillah ketika aku masuk pesantren akhirnya aku tau apa dan bagaimana cara merayakan malam tahun baru Hijriah.. :D. 

Dan bersyukurlah kalian semua yang sudah terbiasa dengan pendidikan yang dari kecilnya sudah mengetahui perayaan malam tahun baru Hijriah, karena orang tua, kakek dan nenek serta lingkungan hidup mu mengajarkan demikian, yaitu malam perayaan tahun baru Hijriah. 

Dan bagi ku Tahun baru Masehi atau tahun baru Hijriah sama saja, yang penting sejauh mana kita bisa mengintrospeksi diri kita dari semua hal yang telah berlalu di masa lalu agar kita bisa bercermin dari itu semua dan bisa membuat semua itu jadi lebih baik dimasa depan nanti, itulah yang terpenting, karena Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum, melainkan kaum itu sendiri yang merubahnya…. 

Cairo, 25 Muharram 1432 H